Translate

English French German Spain Italian Dutch Russian Portuguese Japanese Korean Arabic Chinese Simplified

Wednesday 4 December 2013

Hari Disabilitas Internasional

Bahasa Isyarat kembali mengudara di Stasiun TVRI

Setelah sekian lama "mati suri" hampir tidak ada bantuan penerjemah bagi kaum disabilitas Tunarungu. Stasiun TVRI seakan ingin membangunkan kembali bahasa isyarat ke dalam berita nasionalnya. Hampir selama bertahun-tahun mengudara mungkin sekitar tahun 1992 masih bisa merasakan dan menikmati kelihaian sang penerjemah bagi disabilitas Tunarungu mengartikan apa yang disiarkan dalam pembicaraan sang pembaca berita.

Bahasa Isyarat Indonesia atau yang lebih disingkat dengan BISINDO merupakan salah satu bahasa alami yang digunakan kamu tunarungu. Setidaknya data kaum disabilitas Tunarungu hampir paling banyak di Indonesia. Saat ini mereka sangat membutuhkan informasi yang mudah dan jelas dimengerti oleh mereka yang kurang pendengarannya dan sama sekali tidak bisa mendengar dengan bantuan alat bantu dengar dan bahasa isyarat itulah mereka menjalani kehidupan yang saat ini sulit bagi mereka untuk mampu berkembang dimasyarakat yang inklusif. Padahal Indonesia merupakan negara budaya dengan kearifan yang lokal dan menjaga nilai-nilai ras, suku, dan budaya disetiap masing-masing daerah.

Kearifan budaya salah satu ciri khas Indonesia yang paling disukai oleh negara asing. Jagalah nilai budaya kita agar tidak luntur dimakan oleh kebiadaban negara penjajahan yang serba "modern" sehingga kita tertinggal dari kemajuan. Inilah kemunduruan bangsa Indonesia yang tanpa sengaja dihilangkan bahkan dilupakan. Seperti halnya peribahasa pagar makan tanaman. Semakin dia berduri dan merusak maka semakin lunturlah harga dirinya.

Sebelum membahas judul diatas mari kita belajar dengan seksama mengapa tiba-tiba muncul penerjemah isyarat di TVRI hari ini? (4/12/2013) jam 19.00 Wib.

Baru-baru ini tepatnya kemarin (3/12/2013) Hari Disabilitas Internasional semua penyandang disabilitas diseluruh Indonesia merayakannya setahun sekali bisa dibayangkan berapa jutaan disabilitas yang tumplek disana nyaris tidak terhitung dengan masyarakat yang bukan disabilitas. Di Jakarta kali ini berlokasi di Kementerian Sosial Jl. salemba Raya, Jakarta Pusat. Di Gedung Sasana Graha Kementerian sosial mengusung tema Nasional "Hapus Hambatan, Wujudkan Masyarakat Inklusif dan mengusung tema Internasional yaitu "Break Barrier, Open Doors : For an Inclusive Society for all". Sebagaimana tercantum dalam resolusi PBB No. 48/96 th. 1992 mengenai peraturan standart tentang kesamaan kesempatan bagi penyandang disabilitas, Dasawarsa II Penyandang Disabilitas Asia Pasifik th. 2003-2013 tentang tujuh program aksi Millenium Biwako Framewrok, Undang-undang No. 19 th. 2011 tentang Pengesahan Konveksi Hak-hak Penyandang Disabilitas, Undang-undang No. 11 th. 2009 tentang Kesejahteraan Sosial, serta pelaksanaan Rencana Aksi Nasional Penyandang Disabilitas.

Berdasarkan dari kegiatan yang saya ikuti kemarin semuanya bukan hanya memberi manfaat tetapi juga peluang terbukanya kesempatan seluas-luasnya bagi semua disabilitas. Tuntutan yang tidak mengharuskan rasa belas kasihan pada orang yang "cacat" bukan lagi menjadi prioritas utama tetapi keberadaan merekalah yang harus diakui oleh masyarakat dari berbagai elemen entah itu pemerintah maupun orang-orang yang bukan disabilitas. Tidak ada lagi kata "cacat" dalam kamus ataupun semua berita yang mengatakan "cacat" kepada seorang penyandang disabilitas. Kata "cacat" hanya ada ketika ada bagian-bagian yang rusak oleh ketidaksengajaan kita seperti kardusku sobek, kertasku cacat. Itulah mengapa orang harus tahu betul-betul apa itu disabilitas sebenarnya.

Tidak perlu menunggu pemerintah agar kita bergerak keatas dan tunjukkan bahwa keberadaan kita akan diakui jika kita berani memperjuangkannya dari bawah. Seyogyanya kita semua dimata Tuhan itu sama tetapi perbedaanlah yang menjadi kita benar-benar "berbeda". Dukungan dari orang-orang terdekat agar kita berani maju adalah salah satu kunci cara mengadvokasi masyarakat agar mereka mau menjadi bagian kita dan dukungan dari berbagai pihak adalah poin kedua untuk sukses dalam implementasi perjuangan hak-hak disabilitas.

Nota kesepahaman (MoU) Dirjen Rehabilitasi Sosial dengan TVRI


Ada yang unik sebelumnya yaitu pemecahan rekor Muri. Padahal di dalam daftar rangkaian acara tidak ada sama sekali inilah mungkin kejutan kecil yang sulit dipercaya. Sebelum acara puncak Hari Penyandang Disabilitas sambil menunggu menteri datang tunanetra menyanyikan sedikitnya beberapa lagu, selain itu juga dibuka stand dari masing-masing perwakilan disabilitas dari tanggal 2-3 Desember 2013. Yang unik disini adalah MC nya dimana salah satunya adalah teman saya dari perwakilan Young Voice Indonesia (angkatan muda dengan disabilitas) ini menerjemahkan bahasa Indonesia ke bahasa Inggris namanya Sikdam, seorang tunanetra dan Yustitia yang merupakan salah satu mantan pembawa acara berita indosiar dia seorang tunadaksa tapi kemana-mana beliau suka bawa mobil matiknya.

Tari topeng dari sekolah PSBL Phalamarta ini membuat penonton terpukau mereka yang menari merupakan tunagrahita dan tunanetra. Tidak heran saya juga mengaggumi mereka yang merupakan anak yang sangat sulit sekali diam ternyata bisa berprestasi di musik. Nah setelah itu dibuka oleh tari saman yang dibawakan oleh tunarungu. Hebat ya walaupun sama sekali tidak bisa mendengar mereka sangat hapal ketukan-ketukan maupun bunyi yang pas tidak ada kesalahan sedikitpun, saya memberikan aplause tepuk tangan keatas ala tunarungu benar-benar luar biasa. Dan kemudian hening, dilanjutkan pidato singkat oleh Bapak Gufron Sakaril selaku ketua umum PPDI dalam sambutannya yang saya dengar masalah Undang-undang No.4 th.1997 yang pusatnya semua masalah isu diaabilitas di Kementerian Sosial padahal penyandang disabilitas merupakan isu yang lintas sektor. Nah belum jelas apakah pemerintah ini mau berubah atau tidak hahaha....

Dilain pidato ada juga mantan ketua umum PPDI Bapak H. Siswandi memberikan sambutan dalam sambutannya beliaulah yang memprakarsai diterbitkannya Undang-undang No. 19 tahun 2011 tentang pengesahan Konveksi mengenai Hak-hak Penyandang disabilitas (Convention on The Right of Person With Disabilities) terakhir oleh Haryono Suryono yang menjelaskan data-data disabilitas saat ini. Wah jumlahnya semakin bertambah. Dan diakhiri dengan sambutan dari Menko Kesra Agung Laksono yang mengatakan bahwa di dalam Undang-undang No.4 th 1997 khususnya quota 1%  kesempatan kerja bagi penyandang diaabilitas baik di perusahaan dan terlwbih lagi di lembaga pemerintahan masih belum menggembirakan. Berkembangnya sektor jasa, perdagangan, dan informasi teknologi sesungguhnya telah membuka peluang bagi para penyandang diaabilitas untuk dapat memasuki lapangan pekerjaan yang tersedia. Juga terakhir oleh Bapak Salim Segaf dalam memberikan pidatonya yang cukup meyakinkan dan meraih tepuk tangan meriah dari tamu hadirin. Selain itu Bapak Jaya Suprana memberikan rekor Muri kepada Yayasan Daksa dan kemensos yang sudah berhasil memberikan respon positif dalam memberikan kaki palsu terbanyak. Padahal mah tunarungu juga banyak tuh hehehe

Ditutup dengan Nota kesepahaman oleh Dirjen Rehabilitas Sosial dengan PLT Direktur Utama TVRI dan Kementerian Sosial dengan Kemenakertras dengan Asosiasi Pengusaha Indonesia. Dimana salah satunya adalah TVRI memberikan kesempatan penerjemah/ interpreter untuk membantu tunarungu mendapatkan informasi terbaru melalui tayangan berita. Salah satu contoh yang harus diikuti oleh stasiun-stasiun Televisi yang lain agar segera bergerak memberikan informasi bagi disabilitas tunarungu. Dimana bahasa yang digunakan adalah bahasa isyarat bukan bahasa KOMTAL atau komunikasi total yang tidak dipahami oleh tunarungu. Setidaknya TVRI sudah memberi quota 1% kepada penyandang Disabilitas tunarungu untuk mendapatkan akses informasi baru melalui berita. Tidak hanya berita saja tetapi juga acara-acara lainnya semoga bisa terpenuhi dengan baik. Saya percaya kedepannya Perusahaan dapat menjamin kesempatan seluas-luasnya bagi disabilitas untuk dapat bekerja dan berkarya sesuai dengan bidangnya masing-masing.

Hari ini di stasiun berita TVRI jakarta yang menjadi penerjemah isyarat berita adalah teman saya juga namanya mas Widodo, beliau sangat aktif dimana-dimana dan juga mau mengajari saya bahasa isyarat yang tidak saya pahami sama sekali. Tidak jarang beliau juga mengeluh ke saya dengan kata "pegal" karena terus memberikan terjemahan isyarat ke teman-teman saya yang tunarungu. Tapi beliau jarang mengeluh "capek, ga enak body, dll" semangatnya patut diacungi jempol karena menjadi interpreter itu tantangan katanya. Benar deh saya juga pernah mencoba jadi interpreter waktu di Kediri beberapa hari yang lalu sebelum puncak acara diam-diam saya juga mengeluh "pegal" hihihi tapi saya sangat menikmatinya dan menghargai sebuah bahasa isyarat itu sendiri karena saya juga seorang tunarungu.

Penutupan acara puncaknya terakhir oleh PSRBW melati memainkan alat musik angklung dan Bunda Dewi Yull dimana salah satu anak laki-lakinya juga merupakan seorang tunarungu bernyanyi bersama dalam satu panggung. Dia juga sangat aktif memberikan dorongan dan semangat yang besar kepada teman-teman yang lain entah itu tunarungu atau non tunarungu, dia juga saya ajak berkegiatan seperti di Young Voice Indonesia (angkatan muda dengan disabilitas) awalnya dia tidak tertarik setelah saya rayu mau juga ikut hasilnya diapun berprestasi di Bangkok bulan lalu.

#QuoteaCha Suatu prestasi tidak bisa dilihat dengan keterbatasan fisiknya. Tetapi dari kepiawaian dan berlatih mengoreksi diri kesalahan-kesalahan yang sudah dilakukan agar menjadi lebih berprestasi lagi.

Foto : Dok.pribadi (atas : Suasana Acara di Gedung Sasana Graha Kemensos), Revita Alvi (bawah : Siaran berita pertama TVRI yang menggunakan Interpreter - Berita Malam pukul 19.00 Wib, 4 Desember 2013)

No comments:

Post a Comment

Tenkyu sudah tidanggalkan komenmu

close