Translate

English French German Spain Italian Dutch Russian Portuguese Japanese Korean Arabic Chinese Simplified

Sunday 17 February 2013

Penjaga Hati


AKU HANYALAH SEORANG LILIN
AKU TIDAK AKAN BERHENTI MENCAIR
AKU AKAN SELALU MENERANGIMU DALAM GELAP
AKU TIDAK AKAN MEMBUATMU TAKUT
AKU AKAN MENJAGAMU DARI KETAKUTAN
AKU AKAN TETAP KUAT MELINDUNGIMU
AKU AKAN SELALU MEMBARA SEPERTI API
AKU ADALAH LILIN YANG KEKAL AKAN SELALU MENYALA
AKU CEPAT MELELEH KARENA KAU KURANG MENJAGAKU
AKU PERCAYA TAKDIR AKAN SELALU MENYERTAIMU
AKU PERCAYA KEAJAIBAN ITU ADA
AKU PERCAYA TUHAN ADA BERSAMA KITA
AKU PERCAYA DISANA ADA YANG LEBIH INDAH SELAIN AKU
AKU YAKIN KAU AKAN MENDAPATKAN YANG LEBIH  INDAH SELAIN AKU
JANGAN PERNAH MENIUPKU SELAGI MASA PANJANGKU BELUM HABIS
BIARKAN AKU MELELEH DIATAS NAMPAN SAMPAI MENYISAKAN SUMBUNYA
AGAR PERASAAN HATI KU LEBIH BAHAGIA

Monday 11 February 2013

Berteman dengan Hearing Aids


Dokumentasi : Google

Usiaku sekarang sudah semakin menua, dan akan semakin tua, namun aku masih berjiwa muda, tetap gadis yang polos dan penuh imanjinasi, berkeliling dan berkelana dari satu tempat ke tempat lain hanya untuk satu tujuan “mencari ilmu”. Walaupun aku sudah tidak lagi duduk dibangku sekolah aku masih merindukan bagaimana rasanya bersekolah setiap hari. Waktupun terus bergulir dan esok pasti akan selalu terkenang.
Perkenalanku dengan Hearing Aids (Alat Bantu Dengar) itu terjadi saat aku duduk di kelas 5 sekitar tahun 1990, pertama kali memakai ABD singkatan dari Alat Bantu Dengar yaitu BERISIK dan sempat merasakan pusing dikepala. Setelah memakai ABD aku sempat down dicemooh diejek teman sekolah, bahkan saya sering dibilang bolot. Yang paling menyedihkan saya sering dibilang mencontek saat dikelas ketika ada Dikte. Diskriminasi yang saya dapatkan disekolah malah jadi benteng pertahanan saya dan jadi kebal.
Selama saya bersekolah di SMP saya tidak pernah memakai ABD, entah kenapa karena takut aku mengalami diskriminasi yang lebih parah dari sebelumnya. Saat itu, aku enggan memakai ABD karena tidak mau mengalami diskriminasi, walaupun saya masih bisa mendengar sedikit dan tidak jarang sering meminjam catatan teman saat jam istirahat (solusi ketika ada Dikte biasanya guruku memberikan soal yang boleh diperlihatkan dengan teman sebangku, kecuali jawaban). Dan Alhamdulillah, teman-teman sekolahku menerimaku dengan keterbatasanku, akhirnya saya memakai ABD lagi saat duduk dikelas 2 SMP. Disegani banyak teman bukan sifatku tapi lebih untuk memperbaiki komunikasi antar tunarungu dan non tunarungu. Perbanyak komunikasi dengan teman malah membuat aku tidak minder, dan makin percaya diri. Thanks buat teman-teman Alumni SMP ku tercinta untuk support dan persahabatan selama bersekolah dan untuk guru-guruku yang memaklumi keterbatasanku.
Berbeda saat masuk SMA justru aku memakai ABD sebab pendengaranku suka naik turun. Ya jadi terpaksa memakai ABD sebagai modal buat mencoba belajar lagi berteman dengan ABD (menyesakkan, karena saya sering pusing memakainya). Di SMA saya kadang dimusuhi teman hanya karena kesalahpahaman komunikasi, sering juga dipanggil kepsek hanya karena kesalahan komunikasi duhhh….sejak SMA saya sering sakit-sakitan karena membuang-buang tenaga dan sering pusing kepala setelah selesai memakai ABD, bahkan saya jadi kebal yang namanya antibiotik ketika itu.
Sekarang bisa dibilang sayapun masih berteman dengan Hearing Aids membantu saya mengenali berbagai macam suara, mengenali saya untuk pandai berkomunikasi, mengenali saya untuk berbagi kehidupan dengan orang lain, dan mengenali saya untuk mencari jati diri. Saya dulu pemalu dan saya pun bangkit menjadi seorang yang periang dan tidak lagi pemalu, menghapus rasa ketidak percayaan diri menjadi lebih percaya diri dan bersuara keluar dari kerumunan untuk beramai-ramai mencari kebahagiaan bersama orang lain.
Saya sering mengeluh kepada Allah kenapa saya harus dilahirkan sebagai penyandang tunarungu berbeda dengan saudara-saudara lain kenapa mesti saya?? Saat itu saya terlahir normal sebenarnya namun lama-kelamaan antibiotik lah penyebab saya menjadi seorang tunarungu. Tapi sekarang saya bisa menghargai perbedaan hidup dan sekarang menjadi momentum untuk lebih banyak lagi berkegiatan dan berbagi cerita untuk orang lain lewat tulisan yang bisa dibaca banyak orang lewat blog dan kompasiana. Bahagia ketika saya bergabung dengan teman-teman tunarungu lainnya dan semakin membuka mata hati saya untuk lebih peduli dan menghargai diri sendiri sebenarnya saya tidak sendiri ternyata banyak dari mereka yang sama seperti saya saja bisa menghargai hidup mengapa saya tidak. Berulang kali saya berbicara pada diri sendiri inilah dunia yang ingin saya cari. Dunia tentang ketunarunguan dan asal-usul tunarungu yang sebenarnya.
close